Pembelajaran Berbasis Proyek

I.3  Pembelajaran Berbasis Proyek

I.3.1  Sejarah Pembelajaran Berbasis Proyek

Munculnya gagasan tentang metode pembelajaran berbasis proyek diawali dengan adanya metode problem-based learning. Problem-based learning sendiri berawal dari fenomena di lapangan yaitu banyak dari lulusan pendidikan medis (kedokteran) yang memiliki pengetahuan faktual dan akademik tinggi namun tidak mampu menerapkan pengetahuannya dalam penanganan pasien sungguhan. problem-based learning dikembangkan pada akhir 1960-an untuk tujuan utama yakni digunakan untuk pelatihan dokter di Universitas McMaster di Ontario, Kanada (Florin, 2010). Setelah mengkaji tentang pendidikan yang dilakukan terhadap calon tenaga medis maka dikembangkan suatu program pembelajaran yang menempatkan calon tenaga medis ke dalam situasi simulatif yang dikenal dengan problem-based learning.

 Berdasar dari fenomena dalam dunia medis tersebut kemudian penggunaan pendekatan problem-based learning mulai diadaptasi menjadi model project-based learning dalam pendidikan yang mencetak tenaga-tenaga praktisi. Perbedaannya terletak pada objeknya, kalau dalam problem-based learning pembelajaran lebih didorong dalam kegiatan yang memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data, dan analisis data (berhubungan dengan proses diagnosis pasien), sedangakan dalam project-based learning pembelajaran lebih didorong dalam kegiatan desain; merumuskan tindakan, merancang tindakan, mengkalkulasi kemungkinan tiap tindakan, melaksanakan pekerjaan/ tindakan, dan mengevaluasi hasil.

Selain fenomena di atas, faktor munculnya project-based learning adalah karena perubahan zaman. Hampir semua guru memahami bagaimana budaya industri/ industrialisasi telah mengubah tatanan masyarakat dan mereka mengakui bahwa sekolah-sekolah sekarang harus beradaptasi dengan era baru. Sudah jelas bahwa siswa membutuhkan keduanya, pengetahuan dan keterampilan, untuk bersaing di era baru ini. Kebutuhan ini tidak hanya didorong oleh permintaan tenaga kerja dengan kinerja tinggi yang dapat merencanakan, berkolaborasi, dan berkomunikasi dengan baik, tetapi juga harus memiliki tanggung jawab.

I.3.2  Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek

Tidak ada suatu definisi/ pengertian yang resmi untuk menjelaskan tentang project-based learning, namun beberapa pihak memberikan definisi mereka masing-masing (Purnawan, 2007), antara lain:

1)      Buck Institute for Education

Project-based learning adalah suatu metode pembelajaran sistematis yang melibatkan siswa dalam belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui proses penyelidikan terhadap masalah-masalah nyata dan pembuatan berbagai karya atau tugas yang dirancang secara hati-hati.

2)      Moursund, J. W. Thomas, et al.

Project-based learning adalah model pengajaran dan pembelajaran yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam suatu proyek. Hal ini memungkinkan siswa untuk bekerja secara mandiri untuk membangun pembelajarannya sendiri dan kemudian akan mencapai puncaknya dalam suatu hasil yang realistis seperti karya yang dihasilkan siswa sendiri. Project-based learning dapat didefinisikansebagai berikut: (a) Fokus pada konsep-konsep utama dari suatu materi; (b) Melibatkan pengalaman belajar yang melibatkan siswa dalam persoalan kompleks namun realistik yang membuat mereka mengembangkan dan menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki; (c) Pembelajaran yang menuntut siswa untuk mencari berbagai sumber informasi dalam rangka pemecahan masalah; (d) Pengalaman siswa belajar untuk mengelola dan mengalokasikan sumber daya seperti waktu dan bahan

3)      John Thomas

Project-based learning adalah pembelajaran yang memerlukan tugas-tugas kompleks, didasarkan pada pertanyaan/ masalah menantang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan masalah, membuat keputusan, atau kegiatan investigasi, memberikan siswa kesempatan untuk bekerja secara mandiri selama periode lama, dan berujung pada realistis produk atau presentasi.

4)      B Baron (1998)

Project-based learning adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya.

5)      Blumenfeld, et al. (1991)

Project-based learning adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar siswa melakukan riset terhadap permasalah nyata.

Berdasarkan pengertian PBL di atas, untuk kepentingan penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis proyek adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya melalui riset yang dilakukan dalam beraktifitas secara nyata.

I.3.3  Komponen Pembelajaran Berbasis Proyek

Langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis proyek terdiri dari enam komponen utama, yaitu :

(1)   Keautentikan (authenticity)

Proyek yang akan dikerjakan siswa berhubungan dengan masalah dunia nyata. Ciri-ciri proyek yang menampilkan keauntentikan, yaitu: (a) Mengatasi masalah atau pertanyaan yang memiliki arti bagi siswa; (b) Melibatkan masalah atau pertanyaan yang benar-benar dialami di dunia nyata; (c) Meminta siswa untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai pribadi dan atau sosial di luar kelas.

Dalam merancang proyek yang autentik, diperlukan penggunaan masalah yang benar-benar ada dalam dunia nyata, misalnya berkaitan dengan isu-isu yang sedang terjadi yang relevan dengan keadaan sekarang sehingga pembelajaran yang terjadi dapat bermakna, kontekstual dan mengesankan.

(2)   Ketaatan terhadap nilai akademik (academic rigor)

Dalam mengerjakan sebuah proyek, siswa ditantang untuk menggunakan metode penyelidikan untuk satu disiplin ilmu atau lebih (seperti : seorang sejarawan, ilmuwan, investor, dan lain-lain).

(3)   Hubungan dengan pakar (expert relationship)

Kekuatan pembelajran berbasis proyek terletak pada keterlibatan pakar (orang ahli) yang ada di luar kelas. Siswa dapat berelasi dengan pakar yang berkaitan dengan proyek yang akan diselesaikan.

(4)   Aktif meneliti (active exploration)

Guru sebaiknya memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan suatu proyek. Siswa dapat menggunakan berbagai metode, media, dan sumber-sumber dalam melakukan penyelidikan. Pada akhirnya siswa dapat mengkomunikasikan apa yang mereka pelajari misalkan melalui kegiatan pameran formal. Proyek yang bagus dapat mendorong siswa untuk aktif dalam penelitian, mengeksplorasi, menganalisis serta menyajikan hasil proyek.

(5)   Belajar pada dunia nyata (applied learning)

Siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata dengan pendekatan terstruktur dan terencana. Siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan.

(6)   Penilaian (assessment)

Siswa diberi kesempatan untuk menerima feedback (umpan balik) yang berkualitas selama dan setelah mengerjakan proyek. Umpan balik formatif dapat diberikan oleh teman sebaya ataupun dari garu. Pada akhir proyek, evaluasi sumatif dari produk dan penampilan siswa diberikan oleh guru dan pakar yang menilai pekerjaan siswa dalam kaitannya dengan indikator kualitas yang telah ditentukan.

I.3.4  Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek

Implementasi pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, antaralain:

(1)   Menetapkan tema proyek

Tema proyek hendaknya memenuhi criteria-criteria berikut: (a) memuat gagasan umum dan orisinil, (b) penting dan menarik, (c) mendeskrpsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan berbagai gagasan, (e) mengutamakan pemecahan masalah.

(2)   Menetapkan konteks belajar

Konteks belajar hendaknya memenuhi criteria-kriteria berikut: (a) pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, (b) mengutamakan otonomi siswa, (c) melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, (d) siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien, (e) siswa belajar penuh dengan control diri, (f) mensimulasikan kerja secara professional.

(3)   Merencanakan aktivitas-aktivitas

Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek antaralain: (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interviu, (e) merekam, (f) mengunjungi objek yang terkait dengan proyek, (g) akses internet.

(4)   Memproses aktivitas-aktivitas

Indikator-indikator memproses aktivitas antaralain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (c) menghitung, (d) mengeneralisasi, (e) mengembangkan prototipe.

(5)   Penerapan aktivitas-aktivitas

Langkah-langkah yang dilakukan antaralain: (a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c) mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (d) merevisi hasil yang telah diperoleh, (e) melakukan daur ulang proyek yang lain, (f) mengklasifikasi hasil terbaik.

 

1.3.5  Kelebihan dan Kekurangan PBL

Adapun yang menjadi kelebihan dari metode pembelajaran berbasis proyek anatara lain: (a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai; (b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Siswa menjadi lebih aktif dan tertantang untuk menyelesaikan/ memecahkan masalah yang lebih komplek lagi; (c) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek adalah mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktekan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek; (d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan dengan baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas; (e) Pendekatan proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata, (f) PBL melibatkan para siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. (g) PBL membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Sedangkan yang menjadi kekurangan dari metode pembelajaran berbasis proyek antara lain: (a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah; (b) Memerlukan biaya yang cukup banyak; (c) Banyak peralatan yang harus disediakan; (d) Bagi siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan; (e) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak memahami topik secara keseluruhan.

Untuk mengatasi kekurangan/ kelemahan dari metode pembelajaran berbasis proyek di atas, maka seorang pendidik harus mampu mendesain pembelajaran dengan baik dan menarik, memfasilitasi dan membatasi waktu bagi siswa dalam menyelesaikan proyek, meminimalisir peralatan yang digunakan dan menggunakan peralatan-peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar.

About ibrahimopik

Menyikap Misteri Hidup
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment